follow me

+ Follow
Join on this site

with Google Friend Connect

Rabu, 31 Agustus 2016

Sinopsis dan Review: Film The Theory of Everything (2014)


Directed by : James Marsh  Produced by : Tim Bevan, Eric Fellner, Lisa Bruce, Anthony McCarten Starring: Eddie Redmayne, Felicity JonesMusic by: Jóhann Jóhannsson Cinematography: Benoît Delhomme Edited by: Jinx Godfrey Production company: Working Title Films, StudioCanalDistributed by: Focus Features (US), Universal Pictures (UK)Release dates: 7 September 2014 (TIFF), 7 November 2014 (US), 1 January 2015 (United Kingdom)Running time: 123 minutesCountry: United KingdomLanguage: EnglishBudget: $15 million Genre: Romance, Biography

Sinopsis

Stephen Hawking yang diperankan oleh Eddie Redmayne merupakan Mahasiswa yang sangat cerdas ketika menempuh gelar PhD di Cambridge University. Namun dia diagnosa menderita penyakit motor neurone disease yang menyebabkan lambat laun kesehatannya menurun hingga pada akhirnya terpaksa harus menggunakan kursi roda.

Sebelum diketahui penyakit tersebut, Stephen sudah menjalin hubungan dengan Jane Wilde (Felicity Jones). Sampai suatu hari Stephen terjatuh dan kepalanya membentur lantai. Dari situ dokter mulai memvonis bahwa Stephen menderita penyakit motor neurone yang mana dokter memprediksikan umurnya 2 tahun lagi. Semakin hari penyakit Stephen semakin parah, namun Jane tetap setia menemani Stephen walaupun keadaannya semakin memburuk. Beruntung penyakit yang diderita oleh Stephen tidak menyerang otaknya, jadi pikirannya masih berfungsi dengan baik.

Tak lama setelah itu, Jane dan Stephen memutuskan untuk membina rumah tangga bersama. Dari pernikahan tersebut Stephen mendapat seorang putra.

Thesis Stephen menjelaskan tentang Black Hole menciptakan sebuah semesta dalam sebuah ledakan besar (Big Bang), itu akan memencarkan panas dan akan berakhir pada sebuah kegentingan yang besar. Kemudian Stephen mengembangkan teorinya tentang the visibility of black holes dan menjadikan penemuan fisika terbesar.

Jane merasa frustasi dengan keadaan keluaganya yang menurutnya tidak normal. Dia tidak bisa membagi waktu antara mengurus Stephen dan mengasuh anak-anaknya. Lalu Jane menuju sebuah gereja untuk berlatih paduan suara, dan bertemu dengan Jonathan. Jonathan pun semakin dekat dengan keluarga Jane, bahkan sangat sering meluangkan waktu bersama dan membantu Stephen menjalankan aktivitasnya. Sampai akhirnya Jane hamil, bukan karena Sthephen, tapi karena hasil hubungan gelap dengan Jonathan. Setelah melahirkan, Ibunda Stephen pun menanyakan tentang siapa ayah dari putri yang dilahirkannya. Jonathan pun mencoba untuk menjauhi Jane, tapi Stephen mendatanginya dan mengatakan bahwa Jane membutuhkannya.

Stephen diundang untuk menghadiri sebuah Opera di Bordeux. Disaat yang bersamaan Jane dan Jonathan serta anak-anaknya berlibur dan camping. Ketika di Opera, Stephen mengalamai pneumonia dan dilarikan ke rumah sakit. Dokter menyarankan agar segera dilakukan Operasi di bagian tenggorokannya yang berakibat Stephen tidak bisa berbicara lagi.

Stephen belajar menggunakan spelling board yang dibantu oleh Elaine (Maxine Peake). Dibantu sebuah komputer yang memudahkan Stephen untuk menulis sebuah buku, Stephen pun berhasil membuat buku yang berjudul ABrief History of Time dan menjadikan buku tersebut mendapatkan an International Best-seller.

Stephen diundang ke America untuk mendapatkan sebuah award. Tapi dia lebih memilih Elaine untuk menemaninya. Itu merupakan sebuah tanda bahwa hubungannya dengan Jane sudah tidak harmonis lagi, dan singkat cerita Stephen pun memutuskan untuk bercerai. Jane pun kembali bersama Jonathan dan hidup bersama. Sedangkan Stephen selalu ditemani Elaine kemanapun bahkan disaat Stephen memberikan sebuah perkuliahan.

Di akhir cerita, Stephen mengajak jane untuk bertemu dengan Ratu Elizabeth II. Saat itu mereka mengenang masa ketika bersama. Mereka melihat bagaimana anak-anak mereka bermain bersama. Stephen mengatakan “look what we made” (lihat apa yang sudah kita buat).

Sebuah kalimat yang sangat menginspirasi dari Stephen, “ There should be no boundaries tu human endeavor. We are all differrent. However bad life may seem, there is always something you can do, and suceed at, While there’s life, there is hope”.

Sekian

Review

Sebuah perjuangan hidup dari Stephen Hawking, di tengah-tengah keterbatasannya masih saja dia getol untuk memberikan kontribusi bagi orang banyak. Teorinya sangat bermanfaat bagi semua orang, kecerdasannya pun diakui di mata dunia. Namun dibalik itu semua perjalanan kehidupannya sangat berat.

Kisah cintanya dengan Jane pada mulanya berjalan mulus, akan tetapi di tengah jalan siapa sangka Jane membutuhkan sesuatu yang tidak bisa didapatkannya dari Stephen. Pada akhirnya berpisahlah mereka.

Ini membuktikan bahwa tidak mudah untuk setia pada seseorang yang bahkan orang tersebut sangat kita cintai (pada awalnya). Lika-liku sebuah hubungan pun tidak ada yang bisa menebak. Apalagi harus merawat orang berkebutuhan khusus seperti Stephen. Bukan hal yang mudah bagi seorang wanita secantik Jane, karena pada nyatanya dia merasa jenuh dengan keadaan. Tak heran jika dia mengharapkan adik bagi putranya.

Mari kita kesampingkan dulu kisah cinta Stephen.

Kecerdasan Stephen yang sangat mengagumkan walaupun memiliki keterbatasan sampai tidak bisa berbicara. Akan tetapi hal ini tidka meyurutkan Stephen untuk terus berkarya. Hal ini lah yang sangat menginspirasi dan memotivasi siapa saja yang menonton film ini untuk terus berusaha dan berharap lebih dari apa yang dia harapkan sebelumnya.

Karena menurut Stephen W.Hawking, “While there’s a life, there is hope”.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar